Rabu, 14 Desember 2011

Maaf


Ia sesesok embun yang begitu bijaksana
slalu ada aurora-arora dengan warna berbeda tiap kali memandangnya
setatap rinduku pada matanya, lalu tak pernah bisa kembali
bayang-bayang wajahnya selaksa labirin yang mengurung rinduku, fikirku hanya bisa berputar-putar tak tau jalan pulang untuk melupakannya
Maafkan aku, tak ada alasan satupun untukku untuk tidak mencintaimu

,


perkalian keberapa dari kehilangan memiliki artian menarik untuk bernostalgia
bagaimana kerenjang-kerenjang dedauanan berlayuan menggoda
atau seperti gerbang-gerbang malam yang sudah jarang terbuka untuk sekali-kali menyapa
atau.
entahlah.
sebagaimana lamanya air mata adam menghidupi bunga-bunga disampingnya
penderitaan ataupun kebahagian pun berdampingan
mereka belum berpisah ranjang dalam pengkarakterannya
Pelarian malam dalam purnama
pun membahagiakan beberapa atap yang suka bersandiwara
dalam sebuah keluarga bahkan seorang pujangga yang diadopsi oleh kata
perbudakan kegersangan dalam menyanjung masih diberlakukan

Akulah Esokmu


Biar jarak yang menceritakan padamu apa arti merindu
hujan mengais grimis pagi ini
akulah awan
tak pernah berhenti menangis untuk keindahan
lalu akulah pelangi
Biar malam yang berdongeng padamu apa arti bermimpi
purnama menari suri malam ini
akulah bulan
tak pernah berhenti membisikanmu sepi
lalu akulah risau
Biar sejarah yang mengguruimu apa arti mecintai
senja menangis subuh ini
akulah adzan
tak pernah sempat luput mendo’akanmu
lalu akulah esokmu

Senin, 12 Desember 2011

amBiLLah


“nak…….!
IBU
masih
PUNYA
sedikit
JANTUNG ,
ambiLLah..nak…!!!
barangkali bisa sedikit kau buat
bekal
DISANA”

Jangan lupa



Beliau hanya berharap jarak sedikit memberinya tempat
walau hanya sedetak kata tatap
dipelariannya beliau mencari-cari, mungkin ada sedikit celah dimana dia bisa mengirim pesan
atau barangkali sebuah kata sayang
beliau sering kali membuat lubang entah, mungkin saja ada yang menengok
sukur-sukur  mampir tak elak walau hanya mencicipi setetes air mata saja
tak henti dibuka-bukanya lembar perlembar buku beliau, karena ilmunya tinggal amnesia jarak
bahkan beliau lupa apa warna hujan dan matahari
tapi beliau begitu rapi dan tak pernah teledor dalam menyapa barang mencintai saja.